Pasang Widget Dapat Dollar

Bagi sebagian orang, mungkin widget dipasang hanya untuk menghiasi blog. Tetapi sekarang, widget dapat digunakan untuk lahan pencari uang. Mau tahu caranya??? Klik disini.

Increase Page Rank for Blogger in No Time !

External links - Jquery You want to Increase Page Rank for Blogger or your site in no time ? Ok ,perfect ! All those what you have found from tips and tricks about SEO and Ranking may work ,but have you came across the tips which I found ?

All you need to try it here you wont be sorry ! go try it GUMGUM :) visit my another explained post about this tips about ranking

What is Twitter ,how to use it and what for ?

External links - Jquery Twitter is a service for friends, family, and co–workers to communicate and stay connected through the exchange of quick, frequent answers to one simple question: What are you doing?While Twitter may have started as a micro-blogging service, it is grown into much more than simply a tool to type in quick status updates. I often describe Twitter as a cross between blogging and instant messaging, but even that doesn't do it justice.

WHY USE TWITTER ? GO HERE AND READ WHY :)

Hide Blogger Navbar in New Blogger Blogspot !

External links - Jquery Want to get rid of the blogger toolbar in new blogger that just came out of beta ? If you have shifted your blogspot blog from old blogger to the new blogger beta, you may have noticed that the previous CSS code to remove the blogger navbar will no longer be effective. That's because Google now uses different CSS tags to display the blogger bar. [#navbar-iframe instead of #b-navbar] If you want to hide the navbar in your blogger blog, here's what you should do ! (these instructions refer to the "new" Blogger layouts templates) GO GET IT GUMGUM:)

Super Sexy Bookmarks Widget for Blogger !

Thumbnail image that says sleek button using photoshop that links to a Photoshop tutoril. Looking for professional Social Bookmark Buttons for your blog ! me too :) however, while i was searching the net too, I came across a post by Naeemnur, that had instructions for Blogger (BlogSpot.com) based blogs which was really good.If you have a blog on blogger you can definitely give this a try.

Its very attractive social bookmarking widget ! it can help you to let your visitors bookmark your page effectively .

for instructions about the use of this SEXY Social bookmarking widget ! you can go here and get it GUMGUM:)

Rabu, 25 November 2009

Aplikasi Facebook dari Paypal Penghasil Dollar

Pihak PayPal cabang Asia yang berkediaman di 89 Neil Road, Singapore 088849, membuat sebuah aplikasi yang menarik di facebook, sebuah aplikasi yang dinamakan dengan:

"PayPal WishList"

Sebuah program aplikasi facebook yang di buat paypal yang secara khusus di tujukan bagi warga negara dari India, Thailand, Malaysia, Korea, Vietnam, Philippines, Indonesia dan Singapore.

Caranya?

1. Rekan rekan cukup mengaktifkan terlebih dahulu aplikasinya melalui link:

http://apps.facebook.com/paypalwishlist/?ppref=1417962376&ref=nf

Begitu mengaktifkan aplikasi tersebut di facebook, rekan rekan akan mendapatkan bonus $ 1 USD, di aplikasi "paypal wishlist"nya

2. Buat wish list ---> "daftar keinginan" anda
Ini adalah hal ke dua yang perlu anda lakukan, Wish list dalam hal ini adalah 5 item/barang yang ingin untuk anda miliki, hmm, kalau saya sendiri barusan memilih item item seperti:

Apple iPhone 3Gs
PSP Go
Harry Potter & The Half Blood Prince
Lenovo Desktop
Blackberry Smart Phone

Sebenarnya pilihan itemnya banyak, dari mulai parfum, game, movie, gadget, dsb, yang pasti pilih saja 5 barang yang anda harapkan ingin anda miliki suatu saat nanti.

Tenang saja... tidak akan di pungut bayaran kok...
namanya juga Wish List ---> daftar keinginan

3. Setelah itu publish hasilnya di wall facebook anda, setiap ada 1 orang yang berhasil untuk anda ajak mengaktifkan aplikasi paypal wishlist dan membuat daftar keinginan maka aplikasi paypal wishlist anda akan di tambahkan sebesar $1 USD hingga terakumulasi maksimal $100 USD

4. Terakhir jangan lupa... masukan data alamat email paypal anda di bagian kiri atas aplikasi paypal wishlist anda, karena pembayaran akan di kirim langsung ke sana pada tanggal 28 Februari 2010

Untuk acara promo aplikasi paypal wishlist di facebook sendri sepengetahuan saya (kalau saya tidak salah dalam membaca TOSnya) akan di adakan hingga pukul 23:59:59 tanggal 31 desember 2009 (waktu Singapore), jadi masih sangat lama sekali waktu yg kita miliki untuk mempromosikan aplikasi facebook yang satu ini ke teman teman kita.

Sekian dan terimakasih

Dampak Maksiat

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: "Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam urusan." (Ar-Rahman: 29)

Ayat diatas menjelaskan tentang kesempurnaan kekuasaan dan hikmah-Nya, dan bahwa segala urusan adalah milik-Nya, Ia Maha mengatur hamba-hamba-Nya sesuai kehendaknya, baik dalam masalah keamanan, ketakutan, kegembiraan, kesedihan, kemudahan, kesulitan, kelebihan ataupun kekurangan.

Allah selalu mengatur setiap urusan makhluk-Nya, hukum-Nya berlaku untuk mereka sesuai dengan hikmah-Nya dan keutamaan-Nya, dan berlaku untuk mereka sesuai dengan hikmah-Nya dan keadilan-Nya. Allah tidak berbuat dzalim kepada seorangpun. "Kami tidak berbuat dzalim kepada mereka, tetapi merekalah orang-orang yang berbuat dzalim terhadap diri mereka sendiri." (Az-Zukhruf: 76)

Wahai kaum muslimin ..
Sesungguhnya kita beriman kepada Allah dan kepada taqdir-Nya. Iman kepada takdir Allah, taqdir baik dan buruk merupakan salah satu dari rukun-rukun iman.

Sesungguhnya kita meyakini, segala kebaikan dan kesenangan yang kita peroleh adalah rahmat dari Allah semata. Oleh karena itu, kita wajib bersyukur kepada-Nya dengan melakukan ketaatan, melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Apabila kita taat dan mensyukuri segala nikmat Allah, maka kita berhak untuk mendapatkan segala kebaikan sesuai dengan janji-Nya, dan Allah akan memberikan tambahan karunia-Nya kepada kita. Allah berfirman: "Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Allah lah (datangnya), dan bila kalian ditimpa kemudharatan, maka hanya kepada-Nya lah kalian minta pertolongan." (An-Nahl:53)

"Dan ingatlah tatkala Rabb kalian memberitahukan: ‘Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat)Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.’" (Ibrahim: 7)

Wahai kaum muslimin ..
Sesungguhnya berbagai musibah baik yang menimpa pribadi maupun masyarakat berupa kesempitan, kekurangan, krisis moneter atau kekacauan, itu semua disebabkan maksiat mereka kepada Allah, kelalaian dan kelengahan mereka terhadap perintah dan syariat-Nya, sehingga mereka menggunakan hukum selain hukum Allah. Padahal Allahlah yang menciptakan mereka, Allah lebih sayang kepada mereka daripada sayangnya orang tua kepada anaknya, dan Allah lebih tahu tentang maslahat mereka daripada mereka sendiri. Allah menjelaskan hal ini dalam kitab-Nya, agar kita tidak melanggar ketentuan-ketentuan-Nya. Allah ta’ala berfirman: "Dan apa saja musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syura: 30)

"Apa-apa yang kamu peroleh berupa kebaikan, maka itu dari Allah, dan apa-apa yang menimpamu berupa keburukan maka itu disebabkan oleh dirimu sendiri." (An-Nisaa:79)

Wahai kaum muslimin ..
Sesungguhnya kebanyakan manusia menyandarkan segala musibah, baik krisis moneter, kekacauan keamanan dan kekacauan politik kepada sebab-sebab materi semata. Tidak diragukan lagi bahwa ini menunjukkan kedangkalan pemahaman mereka, kelemahan iman, dan kelalaian mereka dari mengkali Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya saw.

Sesungguhnya dibalik sebab-sebab materi ada sebab-sebab syar’I yang lebih kuat dan lebih besar pengaruhnya. Sebab-sebab materi hanya merupakan akibat dari konsekuensi logis dari sebab-sebab syar’I. Allah berfirman: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar-Ruum: 41)

Wahai kaum muslimin ..
Mengapa kalian tidak menyandarkan musibah-musibah yang menimpamu kepada kelalaian kalian terhadap ajaran Islam, supaya kalian kembali ke jalan Allah. Inilah yang dapat menyelamatkan kalian dari kehancuran.

Takutlah kalian kepada Allah, hendaklah kalian instrokpesi diri, bertaubatlah kepada-Nya dan perbaikilah jalan hidupmu. Ketahuilah bahwa musibah-musibah yang menimpa kalian merupakan balasan dari Allah disebabkan dosa-dosa kalian, maka bertaubatlah kepada Allah untuk setiap musibah, mintalah perlindungan kepada-Nya dari kehancuran materi dan iman.

Adapun kehancuran materi, ia bisa berupa penganiayaan, pembunuhan, dan kebinasaan harta benda. Sedang kehancuran keimanan ia tempatnya di hati berupa kekacauan pemahaman (syubhat) dan ketundukan kepada hawa nafsu (syahwat). Syubhat dan syahwat inilah yang memalingkan umat dari ajaran Islam. Keduanya pula yang menjauhkan mereka dari jejak orang-orang salaf (Rasulullah saw, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka), syubhat dan syahwat inilah yang menjerumuskan mereka kepada kehancuran.

Dan sesungguhnya kerusakan hati lebih besar, lebih dahsyat, dan lebih buruk akibatnya dari kerusakan dunia. Karena bila kerusakan dunia itu menimpa manusia, kerugiannya hanyalah kerugian dunia dan tidak kekal, sedangkan kerusakan agama kerugiannya di dunia dan di akhirat.

"Katakanlah: ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.’ Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (Az-Zumar: 15)

Ya Allah ..
Kami memohon kepada-Mu agar menjadikan kami orang-orang yang mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Mu yang penuh dengan peringatan di saat datangnya hukuman-Mu.

Ya Allah ..
Jadikanlah kami, manusia yang benar-benar beriman, yang menyandarkan segala musibah kepada sebab-sebab syar’I yang telah Engkau jelaskan dalam Kitab Suci-Mu dan melalui lisan mulia Rasul-Mu, Muhammad saw.

Ya Allah ..
Berilah kekuatan kapada umat Islam dan pemerintahnya untuk kembali menuju jalan-Mu, untuk melakukan taubat nashuha secara lahir batin, dalam ucapan maupun perbuatan, sehingga umat menjadi baik disebabkan baiknya pemerintah yang meniti jalan-Mu.

Ya Allah ..
Kami memohon kepada-Mu untuk memperbaiki para penguasa kaum muslimin, jadikanlah mereka mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi, berilah mereka petunjuk sehingga berjalan di atas kecintaan dan keridhaan-Mu, wahai Penguasan seluruh alam.

Ya Allah ..
Kami memohon kepada-Mu agar Engkau jauhkan dari para penguasa kaum muslimin pejabat-pejabat dan teman-teman dekat yang buruk. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ya Allah ..
Berilah karunia kepada para penguasa kaum muslimin untuk memilih pejabat-pejabat dan teman-teman dekat yang baik, yang menunjukkan, menganjurkan dan memerintahkan mereka kepada kebaikan.

Ya Allah ..
Jauhkanlah dari penguasa kaum muslimin teman-teman dekat yang tidak memperbaiki mereka dan tidak memperbaiki rakyat, gantilah dengan yang lebih baik dari mereka.

Segala puji bagi Allah, Penguasa seluruh alam, semoga shalawat dan salam tetap dicurahkan atas Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.

Disarikan dari buku:
Atsarul Ma’ashi ‘alal Fard wal Mujtama’
Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Senin, 23 November 2009

Hukum Aborsi

Wahai Wanita muslimah, sungguh engkau yang diamanati secara syar'i atas kandungan yang telah Allah ciptakan dalam rahimmu, maka janganlah kamu menyembunyikannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat." (QS. Al-Baqarah : 228).

Dan janganlah engkau berusaha menggugurkan dan berlepas diri dari kandungan yang ada dalam rahim itu dengan cara apapun, karena Allah telah memberikan keringanan atasmu dengan tidak mengerjakan shaum di Bulan Ramadhan, jika shaum itu menyusahkanmu saat hamil dan membahayakan kandunganmu.

Sesungguhnya praktek aborsi yang tersebar luas di zaman ini adalah tindak perbuatan yang diharamkan. Dan jika memang bayi yang ada dalam kandungan itu telah ditiupkan ruh, kemudian mati akibat aborsi, maka hal itu termasuk pembunuhan jiwa tanpa alasan yang benar yang diharamkan oleh Allah, selanjutnya karena perbuatan itu ia akan menerima hukum - hukum jinayat dengan kewajiban membayar diyat (denda) secara detail sesuai ukuran kejahatannya.

Menurut sebagian para Imam, wajib membayar kaffarah (tebusan), yaitu dengan memerdekakan seorang budak yang beriman dan jika tidak mendapatkannya, maka hendaklah ia shaum 2 bulan berturut - turut. Sebagian ulama menamakan perbuatan aborsi ini dengan Al-Mau'udah Ash-Sughraa (pembunuhan kecil).

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Rahimahullah berkata dalam Majmu' Fatawa-nya 11/151, "Adapun usaha untuk menggugurkan kandungan adalah tidak boleh selama belum jelas bayi dalam kandungan itu mati, akan tetapi jika bayi tersebut jelas mati maka boleh melakukan pengguguran."

Majlis Kibarul Ulama (MUI-nya Kerajaan Saudi Arabia) no. 140 tanggal 20 Jumadil Akhir 1407 telah menetapkan sebagai berikut:

1.Tidak boleh melakukan aborsi dengan jalan apapun kecuali dengan cara yang baik yang dibenarkan oleh syar'i, itupun dalam batas yang sangat sempit.

2.Jika kandungan itu masih dalam putaran pertama (selama 40 hari) lalu ia melakukan pengguguran pada masa ini karena khawatir mengalami kesulitan dalam mendidik anak - anak atau khawatir tidak bisa menanggung beban hidup dan pendidikan mereka atau dengan alasan mencukupkan dengan beberapa anak saja, maka semua itu tidak dibenaran oleh syariat.

3.Tidak boleh melakukan aborsi, jika kandungan telah membentuk 'alaqah (segumpal darah) atau mudghah (segumpal daging) sampai ada keputusan dari team dokter yang tsiqah (terpercaya) bahwa melanjutkan kehamilan akan membahayakan keselamatan ibunya, maka melakukan pengguguran dibolehkan, setelah segala macam usaha untuk menghindari bahaya bagi sang Ibu dilakukan (dan tidak ada jalan yang harus dilakukan selain aborsi itu).

4.Setelah putaran yang ketiga yaitu setelah usia kandungan genap 40 hari, maka tidak halal melakukan pengguguran sehingga ada pernyataan dari team dokter spesialis yang terpercaya bahwa jika janin itu dibiarkan dalam perut ibu akan menyebabkan kematiannya. Hal ini dibolehkan setelah segala macam usaha untuk menjaga kehidupan janin dilakukan. Ini hanya rukhsah (keringanan/kebolehan) yang bersyarat karena menghadapi dua bahaya, sehingga harus mengambil jalan yang lebih maslahat.

Majlis Kibarul Ulama ketika menetapkan keputusan ini mewasiatkan untuk bertaqwa kepada Allah dan memilih prinsip yang kuat dalam hal ini. Semoga Allah memberi taufiq, dan shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam, para keluarga dan shahabatnya Radliyallahu 'anhum.

Disebutkan dalam Risalah Fiddima'ith-Thabi'iyah lin nisa'i oleh Syaikh Muhammad bin Utsaimin, "Sesungguhnya jika pengguguran kandungan itu untuk melenyapkan keberadaannya, sementara ruh telah ditiupkan pada bayi maka hal itu haram tanpa keraguan, karena telah membunuh jiwa tanpa alasan yang benar. Dan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya adalah haram menurut Al-Qur'an, sunnah dan Ijma' ."

Imam Ibnu Jauzi menyebutkan dalam kitab Ahkaamun Nisa' halaman 108-109 : Biasanya yang diinginkan seseorang dalam menikah adalah untuk mendapatkan anak, tetapi tidak setiap "air" itu menjadi seorang anak, maka apabila air itu terbentuk, berarti tercapailah maksud pernikahan. Maka sengaja melakukan aborsi adalah menyelisihi maksud dari hikmah nikah. Adapun pengguguran yang dilakukan di awal - awal mengandung saja sebelum ruh ditiupkan adalah termasuk dosa besar, hanya saja hal itu lebih kecil dosanya dibandingkan menggugurkan bayi yang telah ditiupkan ruh. Maka kesengajaan menggugurkan bayi yang telah ditiupkan ruh itu berarti sama dengan membunuh seorang mukmin. Allah berfirman :
"Apabila bayi - bayi perempuan yang dikubur hidup - hidup ditanya, karena dosa apakah ia dibunuh ?" (QS. At-Takwir : 8-9).

Dengan demikian, bertaqwalah engkau kepada Allah wahai muslimah., dan janganlah engkau melakukan kejahatan ini untuk tujuan apapun, jangan pula terpengaruh oleh ajakan - ajakan yang menyesatkan serta jangan mengekor kepada kebatilan yang tidak bersandar pada akal sehat dan dienul Islam.

Diambil dari "Tanbiihat 'ala Ahkamin Takhtashshu bil Mu'minat", Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan

Rabu, 18 November 2009

99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman

01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
11. Jangan tamak kepada harta;
12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
13. Jangan hancur karena kezaliman;
14. Jangan goyah karena fitnah;
15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
19. Jangan sakiti anak yatim;
20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
25. Biasakan shalat malam;
26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
30. Jangan marah berlebih-lebihan;
31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
36. Jangan percaya ramalan manusia;
37. Jangan terlampau takut miskin;
38. Hormatilah setiap orang;
39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
45. Perbanyak silaturrahim;
46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
47. Bicaralah secukupnya;
48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
56. Cintai keluarga Nabi saw;
57. Jangan terlalu banyak hutang;
58. Jangan terlampau mudah berjanji;
59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahawa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan
69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
70. Jangan melukai hati orang lain;
71. Jangan membiasakan berkata dusta;
72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
76. Jangan membuka aib orang lain;
77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dan tentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang


"Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW) "Nescaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Surah Al-Ahzab:71)

------------------------wallahu'alam---------------
sumber : Milis Daarut Tauhiid
www.dudung.net

Selasa, 17 November 2009

Berhias dengan Akhlak

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam : 4).
Adakah orang yang tidak menyukai perhiasan ? jawaban pertanyaan ini jelas, bahwa tidak ada seorangpun melainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhias di hadapan siapa saja. Karena itu kita lihat banyak orang berlomba-lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Ada yang lebih mementingkan perhiasan dhahir (luar) dengan penambahan aksesoris sepertipakaian yang bagus, make up yang mewah dan emas permata, sehingga mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapula yang berupaya memperbaiki kualitas akhlak, memperbaiki dengan akhlak islami.

Yang disebut terakhir ini tentunya bukan decak kagum manusia yang dicari, namun karena kesadaran agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapan mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala. Kalaupun penampilannya mengundang pujian orang, ia segera mengembalikannya kepada Allah karena kepunyaan-Nyalah segala pujian dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.

ISLAM MENGUTAMAKAN AKHLAK

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awwam, seperti ucapan : “Wah udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak. Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti islam yang memang seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.

RASUL DIUTUS UNTUK MENYEMPURNAKAN AKHLAK

Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam, rasul kita yang mulia mendapat pujian Allah. Karena ketinggian akhlak beliau sebagaimana firmanNya dalam surat Al Qalam ayat 4. bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menegaskan bahwa kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang ada pada diri manusia, “Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan : “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain anas memuji beliau shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma disebutkan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”

KEUTAMAAN AKHLAK

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengabarkan bahwa suatu saat rashulullah pernah ditanya tentang kriteria orang yang paling banyak masuk syurga. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Taqwa kepada Allah dan Akhlak yang Baik.” (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi, juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Lihat Riyadus Sholihin no.627, tahqiq Rabbah dan Daqqaq).

Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menasehati sahabatnya, beliau shalallahu ‘alahi wasallam menggandengkan antara nasehat untuk bertaqwa dengan nasehat untuk bergaul/berakhlak yang baik kepada manusia sebagaimana hadits dari abi dzar, ia berkata bahwa rashulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan, dan dishahihkan oleh syaikh Al Salim Al Hilali).

Dalam timbangan (mizan) amal pada hari kiamat tidak ada yang lebih berat dari pada aklak yang baik, sebagaimana sabda rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam : “ Sesuatu yang paling berat dalam mizan (timbangan seorang hamba) adalah akhlak yang baik.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, dishahihkan Al Bani. Lihat ash Shahihah Juz 2 hal 535). Juga sabda beliau : “ Sesungguhnya sesuatu yang paling utama dalam mizan (timbangan) pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, dishahihkan al Bani. Lihat Ash Shahihah juz 2 hal.535).

Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata : Rashulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling saya kasihi dan yang paling dekat padaku majelisnya di hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya.” (HR. Tirmidzi dengan sanad hasan. Diriwayatkan juga oleh Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban. Lihat Ash shahihah Juz 2 hal 418-419).

Dari hadits-hadits di atas dapat dipahami bahwa akhlak yang paling baik memiliki keutamaan yang tinggi. Karena itu sudah sepantasnya setiap muslimah mengambilakhlak yang baik sebagai perhiasannya. Yang perlu diingat bahwa ukuran baik atau buruk suatu akhlak bukan ditimbang menurut selera individu, bukan pula hitam putih akhlak itu menurut ukuran adat yang dibuat manusia. Karena boleh jadi, yang dianggap baik oleh adat bernilai jelek menurut timbangan syari’at atau sebaliknya.

Jelas bagi kita bahwa semuanya berpatokan pada syari’at, dalam semua masalah termasuk akhlak. Allah sebagai Pembuat syari’at ini, Maha Tahu dengan keluasan ilmu-Nya apa yang mendatangkan kemashlahatan/kebaikan bagi hamba-hamba-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam.
(oleh : Ibnatu Husen)

Termasuk Syirik Memakai Cincin dan Benang dan Semisal Keduanya Untuk Menghilangkan dan Menolak Bala

Seringkali kita saksikan orang-orang yang memakai cincin atau benang yang diikatkan pada badannya atau semisal keduanya serta meyakini hal itu dapat mencegah datangnya mara bahaya, bahkan kalau itu dilepas ia merasa was-was dan tidak aman. Padahal kita ketahui bahwa menghilangkan madharat dan mendatangkan manfaat adalah kekhususan bagi Allah, sebagaimana firman-Nya

“Katakanlah:” Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan Rahmat-Nya? Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku . Kepada-Nyalah bertawakal orang-orang yang berserah diri”. (Az-Zumar:38)

Pada ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam agar mengingkari peribadahan kaum musyrikin kepada berhala-berhala lemah itu yang tidak mampu menghilangkan kemudharatan yang telah datang pada seseorang dan tidak pula dapat menahan kenikmatan yang telah turun pada seseorang. Kemudian Allah memerintahkan nabi-Nya agar menyerahkan urusannya kepada Allah, Dia yang akan mencukupinya dengan mendatangkan manfaat dan menolak mudharat, dan cukup pula bagi Allah bagi orang-orang yang bersabar diri pada Allah.
Dalam ayat ini pula mengandung kewajiban bertawakal pada Allah ,dan tidak menafikan adanya pencarian sebab-sebab yang disyariatkan.

Setiap hamba wajib mengenal tiga perkara dalam hukum-hukum asbab, yaitu:
1. Hanya menjadikan sesuatu yang telah pasti secara syariat & kemampuan, asbab.
2. Tidak bersandar pada sebab tetapi pada yang menurunkan sebab dan menguasai disertai usaha melaksanakan sebab yang disyariatkan dan berambisi mengambil manfaat dari sebab itu.
3. Mengetahui bahwa betapapun besar dan kuat sebab itu tetap bargantung pada ketentuan dan takdir.

Adapun memakai cincin atau benang dan semisalnya dengan tujuan menghilangkan bala atau mencegahnya termasuk syirik akbar karena ia meyakini itulah yang dapat menolak dan menghilangkan bala. Sedangkan bila ia meyakini Allah saja yang dapat menolak dan menghilangkan bala tapi ia meyakini itu sebagai sebab tertolak nya bala maka ia telah menjadikan sesuatu yang tidak tetap menurut syariat dan secara takdir sebagai sebab ,ini berarti haram, berdusta atas nama syariat dan takdir serta termasuk dalam syirik asghar yang merupakan dosa besar yang paling besar. Secara syariat perbuatan itu bukan sebab yang disyariatkan melalui lisan nabi-Nya yang dapat menyampaikan pada keridhaan dan pahala Allah . Secara qadriah pun bukan termasuk sebab yang telah diketahui dan teruji manfaatnya sebagaimana obat-obatan yang dibolehkan.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hudzaifah bahwa ia melihat laki-laki ditangannya ada benang untuk mengobati sakit panas maka ia putuskan benang itu seraya membaca firman Allah Taala :
“Dan sebagian besar dari mereka itu beriman pada Allah, hanya saja merekapun berbuat syirik kepadaNya “.(Yusuf :106)
Ayat ini menerangkan bahwa kebanyakan manusia beriman pada Allah tapi mencampurkan keimanannya dengan kesyirikan. Wallahualam.

(Diambil dari Bulletin Al-Atsari)

Senin, 16 November 2009

Antara Ridha dan Pasrah

Ridha berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridha berkaitan dengan perkara keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridha Allah kepada hamba-Nya dan ridha hamba kepada Allah (Al-Mausu'ah Al-Islamiyyah Al-'Ammah: 698). Ini sebagaimana diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,
''Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.'' (QS 98: 8).

Ridha Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridha seorang hamba kepada Allah mempunyai arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika ditimpa musibah.

Dari definisi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridha tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah berfirman, ''Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.'' (QS 13: 11).

Hal ini berarti ridha menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridha terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya.

Begitu juga ridha terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia ditanya, ''Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar?'' Umar menjawab, ''Saya lari dari takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.''

Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridha dan pasrah, yang kebanyakan orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun aplikasi terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridha terhadap segala yang Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan ridha justru mengajak orang untuk optimistis. Wallahu a'lam.

----------
Sumber: Republika - Jumat, 18 Maret 2005

CIRI KHAS AGAMA SESAT SYI'AH

• Mengagungkan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu secara berlebihan dan bahkan menganggapnya sebagai Allah ‘Azza wa Jalla
• Mengagungkan Husein bin Ali bin Abi Thalib secara berlebihan
• Memperingati hari kematian Ali bin Abi Thalib dan Husein Radhiyallahu ‘anhu
• Memukul-mukul diri atau dengan mencambuk diri pada perayaan Hari ‘Asyura (10 Muharram)
• Mencela dan menghina Rasulullah, dengan mengatakan Beliau tidak amanah dalam membawa Risalah Ajaran Islam ini
• Mencela dan mengkafirkan sebagian besar sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terutama Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab dan Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘anhum
• Mencela dan menghina Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha
• Tidak sholat berjama’ah dengan kaum muslimin yang lain, kalaupun mereka sholat itu salah satu bentuk Aqidah Takiyah (yaitu Aqidah yang menampakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati mereka atau Aqidah Berdusta)
• Sholat hanya 3 X sehari saja (Zhuhur dan Ashar digabung, begitupun Maghrib dan ‘Isya digabung) dan bahkan ada yang sama sekali mengingkari perintah sholat
• Ketika sholat selalu meletakkan sesuatu yang mereka namakan Batu Karbala ditempat sujud mereka
• Melakukan dan menghalalkan Nikah Mut’ah (kawin kontrak atau kawin berjangka waktu) dan hal ini adalah salah satu faktor pemikat terbesar dan daya tarik Agama Sesat SYI’AH bagi orang-orang bodoh pengikut Hawa Nafsu

Adapun sasaran dan langkah mereka ;
• Mempengaruhi dan merekrut para generasi muda, para pelajar dan pramuka serta organisasi kepemudaan lainnya, juga para intelektual muslim dengan memberikan tawaran dan kemudahan BEA SISWA untuk belajar ke IRAN dan Universitas Syi’ah lainnya, baik luar maupun dalam negeri
• Mencuci otak dan mengotori Aqidah kaum muslimin agar membenci para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
• Mengotak-atik dan mengobok-obok penafsiran ayat Al Qur’an sesuai hawa nafsu mereka, sehingga kaum muslimin meragukan Al Qur’an dan As Sunnah
• Dan cara-cara LICIK lainnya

Sabtu, 14 November 2009

Orang - orang yang Didoakan oleh Malaikat

Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi
courtessy from : dudung.net
-----------------------------------------------


Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba - hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :

1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

3. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5. Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

9. Orang - orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

12. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Maraji' :
Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005

Iffah

A. Pengertian
- Secara Bahasa : Iffah berarti bentuk menjauhkan diri dari hal yg tidak baik dan juga berarti menjaga kesucian tubuh.
- Secara Istilah : Iffah adl memelihara kehormatan diri dari segala hal yang merendahkan, merusak serta menjatuhkannya.
B. Bentuk-Bentuk Iffah
* Menjaga kehormatan diri dalam masalah seksual; menjaga pergaulan dan pakaiannya.
( Qs.An-Nuur:30-31 dan Qs.Al-Ahzab:59)
“ Katakanlah kpd laki-laki yg beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yg demikian itu lbh suci bagi mereka. Sungguh, Allah mengetahui apa yg mereka perbuat. Dan katakanlah kpd perempuan yg beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan jgnlah menampakkan perhiasannya (aurat), kecuali yg biasa terlihat…..”( Qs: An-Nuur(25):30-31)
* Menjaga kehormatan diri dlm hubungannya dgn masalah harta dan meminta-minta.
* Menjaga kehormatan diri dlm hubungannya dgn kepercayaan orang lain pd dirinya (Qs.An-Nisaa:6), diantaranya:
I. Jujur bila berkata-kata
II. Menepati bila berjanji
III. Menundukan pandangannya
IV. Menunaikan amanah bila diberi amanah. Firman Allah Ta’ala : “Dan orang2 yg tdk m’berikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dgn (orang2) yg mengerjakan perbuatan2 yg tdk berfaedah, mereka berlalu dgn menjaga kehormatan dirinya.”
( Qs. Al-Furqan:72)
V. Menjaga Kemaluanmu. Allah berfirman: “ Dan jgnlah kamu mendekati zina, itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yg buruk.” (Qs. Al-Israa:32)
VI. Menahan tangan sendiri, sehingga tdk menyakiti orang lain.
----------------------------
“ Dan Bertakwalah kpd Allah Yang Hidup, Yang tidak mati, dan bertasbihlah dgn memuji-Nya. Dan cukuplah Dia mengetahui dosa2 hamba-Nya.” ( Qs.Al-Furqan(25):58)
-------------------------------
Wallahu’alam …
Afwan jika ada kekurangan dlm artikel ini,
Semoga bermanfaat bagi saya dan semua….
===============Thanks for reading============

Pasang Iklan Gratis


Saya akan membuka peluang untuk yang ingin beriklan secara gratis. Iklan yang berbentuk banner ini akan dipasang selama 1 bulan, berukuran 125 x 125, dan dipasang di blog http://turfa-a.blogspot.com. Space iklan yang tersedia terbatas, yakni hanya 3. Tetapi, setelah masa berlaku iklan 3 orang pemasang iklan itu habis, akan diganti dengan pemasang iklan berikutnya. Syaratnya adalah anda hanya perlu untuk menjadi follower di blog http://anak-tanjungsari.blogspot.com. Berikut ini link untuk form permintaan : 


 Kirim Permintaan!

Kamis, 12 November 2009

Bagaimana hukum merayakan hari Kasih Sayang/Valentine Day's ?

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin menjawab :
“Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama: ia merupakan hari raya bid‘ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari‘at Islam.
Kedua: ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) ~semoga Allah meridhai mereka~. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.”
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ (loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar aqidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu’min dan membenci dan menyelisihi (membedakan diri dengan) orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at shalatnya membaca,
“Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah : 6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat (Nasrani) dan dimurkai (Yahudi), namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.
Allah SWT telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 51)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Mujadilah : 22)
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Saudaraku! Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan ini adalah acara ritual agama lain! Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.
Menyampaikan Kebenaran adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
Semoga Allah SWT Membalas 'Amal Ibadah Kita.

Penjelasan Tambahan :
Beberapa versi sebab-musabab dirayakannya hari Kasih sayang ini, dalam The World Book Encyclopedia (1998) melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day.
1. Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka persekutukan. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998).
Kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242, The World Book Encyclopedia, 1998).
Lalu bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org) mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, yang artinya menyekutukan Allah SWT . Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri!. Layaknya seorang muslim segera bertaubat mengucap istighfar, "Astaghfirullah", wa na’udzubillahi min dzalik.
(Dari berbagai sumber).

Valentine's Day dalam tinjauan syariat

Valentine’s Day sebenarnya bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor kuffar. Bahkan tak ada kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya?
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabannya” (QS. Al Isra' : 36).

Mendatangi Paranormal

TANYA :
Kami sering menyaksikan beberapa kaum muslimin mendatangi paranormal atau dukun untuk meminta penyembuhan dari sakit atau menunjukkan barang-barang mereka yang hilang dan menunjukkan orang yang mengambilnya. Kadangkala mereka mendatangi tukang-tukang sihir, meminta kepada mereka agar memisahkan sepasang suami istri atau meminta hal-hal lainnya. Apakah perbuatan seperti ini dibolehkan syariat? Kami mohon agar dijelaskan dengan dalil-dalilnya !

JAWAB :
Perbuatan semacam itu menunjukkan kebodohan pelakunya tentang tauhid sebab barangsiapa yang menegakkan nilai-nilai tauhid, maka hatinya akan bergantung kepada Allah. Jika sakit, ia akan berdoa kepada-Nya sebagaimana firman Allah swt :

Dan apabila aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkannya. (As Syu`ara : 80)

Kemudian ia mencari pengobatan yang dibolehkan dalam syariat. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda :

Tiadalah Allah menurunkan sebuah penyakit kecuali Allah menurunkan obat penawarnya. (HR. Bukhari dari Abu Darda` dan lainnya)

Dalam riwayat lain disebutkan

Dan janganlah kamu berobat dengan perkara yang haram

dalam riwayat lain berbunyi :

Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perkara haram sebagai obat. (Lihat di dalam Silsilah hadits Shahih No 1633 dan 2881)

Paranormal adalah orang-orang yang mengaku mengetahui perkara yang ghaib (ilmu ghaib), biasanya disebut `arraf, yaitu tukang-tukang ramal atau tukang sihir. Mereka mempergunakan kerikil-kerikil, garis-garis di tanah atau paha kambing atau biri-biri yang telah dimakan sebagai alat meramal. Masyarakat umum, biasanya membedakan antara tukang ramal dengan dukun.

Orang-orang yang mendatangi mereka ada dua macam, yaitu :

1. Hanya sekedar bertanya.

2. Bertanya dan meyakini kebenaran ucapan dukun dan tukang ramal tersebut.

Sanksi bagi yang pertama adalah tidak diterima sholat mereka selama 40 hari. Dalilnya adalah hadits Rasulullah saw beliau bersabda

Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima sholatnya selama 40 hari. (HR Muslim dari sebagian Istri-istri Rasulullah Saw)

Adapun yang kedua hukumnya dalah kafir. Dalilnya adalah hadits Nabi saw yang berbunyi :

Barangsiapa yang mendatangi paranormal lalu membenarkan ucapan-ucapannya, maka ia telah kafir dengan apa-apa yang diturunkan kepada Muhammad. (Hadits Hasan diriwayatkan di dalam Kitab-Kitab Sunan dari Abu Hurairah)

Hukumnya jelas kafir sebab dia telah membenarkan dan meyakini ucapan dukun dan tukang ramal tersebut tentang perkara ghaib. Padahal Allah telah mengatakan :

Dia adalah Tuhan yang Mengetahui yang gahib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. (Al-Jin : 26-27)

Sedangkan tukang sihir dia jelas bukan seorang Rasul, melainkan seorang pendusta dan tukang bohong. Dalam ayat lain Allah telah menegaskan :

Dan pada sisi Allah lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya melainkan Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan dan tidak sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahui, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.(lauhul mahfudz) (QS. Al An `am: 59).

Di dalam sebuah hadits disebutkan :

Kunci-kunci perkara ghaib ada lima, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Sesungguhnya Allah hanya pada-Nya saja lah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia lah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya esok. Dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (Luqman : 34) (HR Bukhari dari Ibnu Umar)

Dalam ayat lain Allah mengatakan :

Katakanlah tidak ada sorang pun yang mengetahui yang ghaib di langit dan di bumi kecuali Allah .... (An Naml:65)

Demikian pula firman Allah

Katakanlah : Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula berkuasa menolak kemudharatan kecuali yang di kehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan-kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan di timpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (Al Araf : 188)

Oleh sebab itu, barangsiapa yang meyakini kebenaran ucapan-ucapan dukun atau tukang sihir, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Al Quran yang secara jelas telah menyebutkan hak-hak khusus Allah dalam perkara-perkara yang ghaib, kemudian hatinya akan terkait dengan tukang-tukang sihir itu serta tidak lagi mengharapkan dan memohon kepada Allah. Dengan demikian hancurlah dunia dan akhiratnya.

Katakanlah : Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (Az Zumar : 15)


SYUBHAT-SYUBHAT DAN BANTAHANYA

Beberapa orang jahil berkata : Kami mendatangi tukang sihir karena mereka mengabarkan kepada kami berita-berita nyata (benar-benar terjadi)

Bantahannya :

Orang jahil ini benar-benar lalai, apakah menurut mereka kebenaran itu sama dengan racun di dalam madu atau sama dengan fatamorgana di padang pasir ?

Yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia tidak mendapati sesuatu apapun . Dan didapatinya ketetapan Allah di sisinya lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup. (An Nur :39)

Rasulullah saw telah menjawab syubhat mereka dalam sebuah hadits dari Aisyah, ia berkata : Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah saw: tentang dukun. Beliau menjawab, : Mereka tidak punya sandaran apa pun. Mereka berkata : Ya Rasulullah, mereka menceritakan kepada kami tentang sesuatu dan ternyata benar-benar terjadi !? Rasulullah saw berkata:

Itu adalah kalimat haq (perintah dan ketetapan Allah -Pent) yang dicuri oleh bangsa jin kemudian mereka membisikkannya ke telinga pengikutnya (dukun, paranormal, tukang ramal dan sejenisnya -pent). Kemudian mereka mencampuradukkannya dengan seratus kebohongan. (HR Bukhari dari `Aisyah)

Betapa banyak fitnah yang terjadi di antara dua suku disebabkan ucapan seorang dukun yang jahil. Ia membisikkan bahwa harta yang dicuri ada pada si fulan bin fulan, padahal sebenarnya tidak demikian. Akibatnya terjadilah fitnah yang tidak berkesudahan. Ini adalah kerugian dunia dan akhirat. Maha benar Allah dengan firman-Nya :

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala (Faathir :6)

Kami nasehatkan kepada segenap kaum muslimin, apabila mereka tertimpa sebuah musibah, hendaknya mereka benar-benar memohon kepada Allah dan berlindung kepada-Nya di sepertiga akhir malam, antara adzan dan iqomat, dan pada waktu sujud.. Sebab waktu-waktu tersebut adalah waktu di kabulkannya sebuah doa. Dan hendaklah mereka meruqyah (yaitu pengobatan pembacaan Al Quran atau dengan doa-doa tertentu-pent) diri mereka dan keluarga mereka dengan doa-doa yang ma`tsur (doa-doa Nabi) pada pagi hari, petang hari, maupun malam hari ketika hendak tidur. Sebab dzikir dan doa adalah benteng yang kokoh. Jika ia lakukan semua itu, ia masih juga tertimpa musibah, hendaklah ia bersabar ! Karena seluruh perkara yang menimpa seorang mukmin selalu baik baginya. Jika diberi karunia ia bersyukur, jika ditimpa musibah ia bersabar. Seluruhnya baik baginya. Janganlah sekali-kali ia membenarkan tukang-tukang dusta itu, dan janganlah pula ia lemah hati menghadapi kejahatan mereka. Demi Allah! bukankah Allah berfirman :

Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamab-Nya ? (Az- Zumar : 36)

Cukuplah Allah sebagai penolong kita, dan Dia adalah sebaik-sebaik penolong.

Oleh Cyber Moslem Salafy

Selasa, 10 November 2009

Prasejarah

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Periodisasi

Geologi

Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari:

Arkhaikum

Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan.

Paleozoikum

Paleozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman primer atau zaman hidup tua berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung.

Mesozoikum

Mesozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini, reptil berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini sering pula disebut sebagai zaman reptil.

Neozoikum

Neozoikum atau zaman hidup pertengahan dibagi menjadi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier. Zaman Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui.
Sementara itu, Zaman Kuartier ditandai dengan munculnya manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleitosen dan Holosin. Zaman Pleitosen (Dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba.
Zaman pleistosen ditandai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub Bumi (zaman glacial) dan diseling dengan zaman ketika es kembali mencair (zaman interglacial). Keadaan ini silih berganti selama zaman pleistosin sampai empat kali. Di daerah tropika zaman glacial ini berupa zaman hujan (zaman pluvial) yang diseling dengan zaman kering (interpluvial).
Pada zaman glacial permukaan air laut telah menurun dengan drastis sehingga hanyak dasar laut yang kering menjadi daratan. Di Indonesia bagian barat dasar laut yang mengering itu disebut Dataran Sunda, sedangkan di Indonesia bagian timur disebut Dataran Sahul. Dataran Sunda telah menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan Benua Asia, sedangkan Dataran Sahul telah pula menghubungkan kepulauan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia. Itulah sebabnya fauna dan flora Indonesia barat mirip dengan fauna dan flora Asia dan sebaliknya fauna dan flora Indonesia timur mirip dengan Australia. Manusia yang hidup zaman pleistosin adalah spesies homo erectus, yang menjadi pendukung kebudayaan batu tua (Palaeolithicum).
Zaman pleistosin berakhir 10.000 tahun Sebelum Masehi kemudian diikuti oleh datangnya zaman Alluvium atau zaman Holosin yang masih berlangsung sampai sekarang. Dari zaman ini muncullah nenek moyang manusia sekarang, yaitu spesies homo sapiens atau makhluk cerdas.

Arkeologi

Zaman Batu

Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini dapat dibagi lagi atas:
Zaman batu tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus yang terdiri.
Zaman batu tengah (mesolitikum)
Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).
Zaman batu baru (Neolitikum)
Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu baru (Neolithicum) sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun dan batik juga sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras Austromelanosoide (minoritas).

Zaman Logam

Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
Zaman tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
Zaman perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Zaman besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolithicum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalithicum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithicum justru pada zaman logam.

Takut Sebagai Penyakit

Orang yang takut kualat jika berlaku sembrono di kuburan para wali/orang keramat, adalah orang sakit jiwa, yaitu bahwa jiwanya tidak sehat. Dia meyakini kuburan-kuburan itu sebagai sesuatu yang keramat. Penghuni kuburan itu dianggap memiliki kekuatan-kekuatan tertentu atau kemampuan-kemampuan yang tak bisa ditangkap dengan pancaindera, sehingga bisa melakukan hal-hal yang sebenarnya merupakan kewenangan Allah, misalnya mendatangkan manfaat atau mudharat. Padahal orang-orang mati itu, mengurus dirinya sendiri saja tidak mampu.

Orang-orang yang tidak takut kepada Allah, tetapi justru takut kepada hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu ditakuti, pertanda bahwa jiwa atau hatinya sakit. hati atau jiwanya terkena kotoran. Suatu kotoran yang berbahaya, karena kotoran itu adalah penyakit syirik.

Tidak ada kotoran hati yang lebih besar dari pada kotoran syirik. Sedangkan syirik adalah dosa besar yang tidak akan diampuni Allah kecuali dengan taubat, sebagaimana firman-Nya : Sesunguhnya Allah tidak akan mengampuni perbutan dosa syirik kepada-Nya. (An-Nisa :48 dan 116).

Mengobati dan membersihkan penyakit jiwa atau hati ini tentu tidak dengan melakukan amalan-amalan dzikir atau wirid ala tasawuf. Karena dengan pola itu justru orang semakin kotor jiwanya., sekalipun sepintas terlihat bertambah alim. Tetapi sebenarnya jiwa atau hatinya tambah berpenyakit. Sebab ajaran tasawuf (kuno maupun medern) adalah ajaran bid'ah (baca selengkapnya di Majalah As-Sunnah no. 17 tahun II tentang Wajah Sufi).

Setiap ajaran yang bid'ah dan menyimpang dari syari'at berarti kotor. Hanya akan menambah jiwa orang semakin kotor, sekalipun secara lahirnya tampak seperti orang suci.

Padahal kehadiran semua Rasul Allah, termasuk Nabi Muhamad shalallahu 'alaihi wasallam tidak lain hanyalah untuk membawa misi pembersihan dan penyehatan jiwa atau hati. Allah berfirman : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah. dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (al- Jumu''ah;2)

Untuk sisi itu maka yang dilakukan oleh para Rasul adalah pemberantasan kemusyrikan dan penegakan tauhid. Sebab kemusyrikan adalah kotoran, penyakit, kedhaliman dan kejahatan. Sedangkan tahuid adalah kebersihan, kesehatan, keadilan dan kebaikan. Semua kebaikan dan keadilan ada dalam tauhid.

Sebaliknya semua kejahatan dan ketidak-adilan ada dalam syirik. Karena itu setiap orang musyrik (dan kafir) pasti tidak baik dan tidak adil. sebaiknya pada diri orang mukmin pasti ada rasa keadilan, meskipun selalu membutuhkan penyempurnaan. Kalaupun ada ketidak- adilan pada diri mukmin, itu hanya bersifat parsial tidak menyeluruh.

Maka pemberantasan kemusyrikan yang berarti pemberantasan penyakit hati atau jiwa adalah dengan menegakkan ajaran tauhid yang telah diajarkan oleh para Rasul Allah, semenjak Nabi Nuh hingga Muhamad shalallahu 'alaihi wasallam. Salah satu sisinya adalah mengarahkan potensi rasa takut agar hanya tertuju kepada Allah semata dan tidak takut kepada hal-hal yang aneh yang menyebabkan kemusyrikan. Sehingga, acara pembakaran kemenyan, pembuatan sesajian dan azimat-azimat dengan berbagai ragamnya harus disingkirkan jauh-jauh.

(Sumber : Assunnah edisi 05/IV/1420-1999)

Metode Syetan Menggoda Manusia

Setan menggunakan metode yang bertahap dalam menyesatkan manusia, baik dalam materi ajakannya maupun dalam caranya.

Ibnu Qayyim menyebutkan 6 tahapan ajakan setan sebagai berikut:

Tahap pertama: setan berusaha agar manusia menjadi kafir atau musyrik. Jika orang tersebut adalah orang Islam, usahanya diturunkan ke tahap berikutnya.

Tahap kedua: yaitu tahapan bid’ah (mengada-ada dalam urusan agama). Manusia dibuatnya untuk membuat dan menerapkan bid’ah. Jika orang tersebut termasuk ahlussunnah, dimulailah tahap ketiga.

Tahap ketiga : yaitu tahap kabaa-ir, maksiat, berupa dosa-dosa besar. Jika orang tersebut dijaga Allah dari melakukan dosa besar, setan tidak putus asa untuk terus menggoda.

Tahap keempat : yatiu tahap shagaa-ir, maksiat berupa dosa-dosa kecil. Jika orang tersebut terjaga juga darinya, mulailah setan menyibukkan orang itu dengan metode lain.

Tahap kelima : yaitu setan menyibukkan manusia dengan hal-hal yang mubah (boleh), sehingga orang itu menghabiskan waktunya dalam hal mubah, tidak sibuk dalam hal yang berpahala, yang kita semua diperintahkan mengamalkannya.

Tahap keenam : yaitu setan menyibukkan manusia dengan amal-amal yang mafdhul (kurang utama) sehingga lalai dari amal yang afdhal (lebih utama) yang lebih baik dari amal mafdhul tersebut. Misalnya seseorang disibukkan dengan perkara sunat daripada fardhu, maka sibuklah dia dengan yang disunatkan dan meninggalkan yang difardhukan.

Setan sangat bersungguh-sungguh dalam dakwahnya, dengan mengajak secara bertahap dalam materi ajakannya. Adapun dalam cara mengajaknya, maka setan itu menjerumuskan manusia selangkah demi selangkah. Sebagaimana Allah berfirman:

“Makanlah dari apa yang dirizkikan Allah kepada kalian, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al An’aam : 142).

Pada mulanya setan berusaha menggelincirkan manusia sedikit-sedikit, kemudian bertahap menuju tujuannya. Setan masuk pada siapapun dengan metode yang cocok dengan jati diri manusia yang digodanya.

- Setan masuk pada orang yang zuhud (sederhana) dengan kezuhudannya.
- Setan masuk pada orang alim (berilmu) dengan melalui pintu ilmu.
- Masuk pada orang jahil (bodoh) dengan kebodohannya pula.

Fatwa-Fatwa Masalah Nikah

1. Wanita mana yang paling baik?

Rasulullah Shalallahu ''alaihi wa sallam ditanya : Wanita mana yang paling baik? Beliau menjawab : (Yaitu) wanita yang menyenangkan (suami) nya bila dipandang, mematuhinya bila diperintah, dan tidak menyalahinya pada sesuatu yang dibenci pada dirinya dan hartanya. (Diriwayatkan oleh Ahmad)

2. Harta apa yang harus diambil?

Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam ditanya : harta apa yang harus diambil? Beliau menjawab : hendaklah diantara kalian ada yang menjadikan hatinya bersyukur, lidahnya berdzikir, serta isterinya yang beriman yang membantunya dalam urusan akherat. (diceritakan Oleh Ahmad dan Tirmidzi dan dihasankannya)

3. Mengawini wanita yang tidak melahirkan

Seseorang bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam, katanya : Aku menemukan seorang wanita yang memiliki keturunan dan kecantikan, hanya saja ia tidak melahirkan, bolehkah aku mengawininya? Beliau menjawab : Tidak. Kemudian oranng itu menghadap lagi pada kali yang lain dan kembali menanyakan hal tersebut, tapi beliau tetap melarangnya. Lalu pada kali yang ketiga beliau menegaskan, kawinilah wanita yang subur dan punya rasa sayang, sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kallian pada umat-umat yang lain.

4. Persetubuhan salah seorang kalian adalah sedekah

Beberapa orang diantara para sahabat berkata kepada Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam : Orang-orang berharta berlalu dengan beberapa pahala, mereka shalat sebagaimana kami shalat, berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Mendengar hal itu beliau mengatakan, tidaklah Allah Subhanahu Wa Ta''ala menjadikan untuk kalian sesuatu yang dapat kamu sedekahkan dengannya? Setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setap tahmid adalah sedekah setiap tahlil adalah sedekah, amar ma''ruf adalah sedekah, bahkan persetubuhan salah seseorang kalian pun adalah sedekah. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam seorang diantara kami melampiaskan nafsu syahwatnya lalu dia mendapatkan pahala? Beliau balik bertanya: Bagaimana menurut kalian bila ia menempatkan pada sesuatu yang haram, bukankah ia akan mendapat dosa? Maka demikian pula sekiranya meletakannya pada sesuatu yang halal, tentu untuknya ada pahala. (diriwayatkan oleh Muslim)

5. Apakah pria harus melihat wanita yang akan dinikahinya?

Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam telah mengeluarkan fatwa bagi orang yang ingin mengawini seorang wanita supaya ia melihatnya.
Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam ditanya Al Mughirah bin Syu''bah radhiyallahu ''anhu tentang seorang wanita yang dilamarnya. Maka belau mengatakan kepadanya, lihatlah kepadanya karena hal itu lebih layak untuk menciptakan kelanggengan di antara kalian berdua. Lalu Mughirah mendatangi calon mertuanya dan memberitahukan kepada mereka akan ucapkan Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam, akan tetapi kelihatannya mereka kurang senang dalm menanggapi hal itu. Dan ternyata pembicaraan mereka sempat didengar oleh putri mereka yang berada di balik tempat pingitannya, maka ia pun ikut berbicara. Jika memang Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam telah menyuruhmu untuk melihat, maka lihatlah, dan jika tidak maka aku akan menyumpahimu, seakan-akan merasakan keberatannya. Mughirah berkata : lalu aku pun melihat dan menikahinya. Dalam kisah ini tidak lupa Mughirah menyebutkan tentang persetujuan wanita itu dengannya (diriwayatkan oleh Ahmad ).

6. Pandangan secara tiba-tiba

Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam ditanya tentang pandangan secara kebetulan. Beliau mengatakan, palingkan pandanganmu. (Diriwayatkan oleh Muslim).

7. Tidak ada pernikahan tanpa ada mas kawin (mahar)

Seorang pria minta Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam agar menikahkannya dengan seorang wanita. Maka beliau memerintahkan kepadanya agar memberikan sesuatu sebagai mahar sekalipun cincin dari besi, tetapi pria tidak mendapatkannya. Beliau bertanya : Apa saja yang engkau miliki dari Al-Qur''an? Pria itu menjawab : Surat ini dan surat itu. Beliau menegaskan : Bisakah engkau menghafalnya dengan hatimu? Pria menjawab : Ya. Beliau melanjutkan : Pergilah, engkau telah memilikinya dengan sesuatu yang ada padamu dari ayat-ayat Al Qur''an. (Hadist disepakati)

8. Hal menutup diri bagi wanita dari pandangan laki-laki sekalipun salah seorang di antara mereka ada yang buta.

Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam memerintahkan Ummu Salamah dan Maimunah untuk behijab dari Ibnu Ummi Maktum. Lantas keduanya berkata : Bukankah dia sorang yanng buta tidak melihat dan tidak mengenal kami? Beliau menjelaskan : Apakah kalian berdua juga buta, bukankah kalian melihat kepadanya? (Hadist dishahihkan oleh Tirmidzi), Sekelompok ulama menganut fatwa ini mengharamkan wanita melihat laki-laki. Namun pendapat ini ditentang oleh kelompok lain yang berpegang pada hadist Aisyah radhiyallahu ''anha : Bahwa dia melihat orang-orang Habsyi yang sedang bermain di masjid. Hanya saja pertentangan ini perlu dipertimbangkan, karena sangat besar kemungkinan bahwa kisah ini terjadi sebelumnya ayat hijab. Sementara kelompok yang lain megkhususkan masalah ini untuk isteri-isteri Nabi.

9. Pernikahan perawan dan janda

Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam ditanya Aisyah radhiyallahu ''anha tentang seorang gadis yang dinikahkan oleh keluarganya, apakh harus dikonsultasikan kepadanya atau tidak? Beliau menjawab : Ya, harus dikonsultasikan kepadanya. Aisyah mengatakan, tentu ia akan merasa malu. Beliau menjawab : itulah izinnya apabila dia diam (tidak berkata apa-apa). (Hadist disepakati)

Fatwa inilah yang kami pegang, bahwa seorang gadis harus dimintai izinnya. Telah sahih dari Rasulullah Saw sebuah hadist yang berbunyi Janda lebih berhak terhadap dirinya dari pada walinya; sedangkan gadis harus diajak berunding tentang dirinya dan izinnya adalah diamnya.

Dalam riwayat lain dikatakan, perawan dimintai izin oleh bapaknya mengenai dirinya dan izinnya adlah diamnya. Di dalam dua kitab sahih disebutkan: Tidak boleh dinikahkan seorang gadis sebelum dimintai izinnya. Para sahabat bertanya bentuk izinnya ? Beliau menjawab : Bahwa dia diam saja. Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam ditanya oleh seorang gadis yang masih perawan, katanya : Ayahku telah mengawinkan aku, padahal aku tidak suka. Lalu Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam menyuruhnya untuk memilih. Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam telah memrintahkan untuk meminta izin kepada perawan; melarang menikahkannya tanpa izinnya; dan juga menyuruh wanita yang dinikahkan tanpa izin terlebih dahulu tersebut untuk memilih, nah, kenapa harus meninggalkan fatwa ini dan meyalahinya hanya berdasarkan pemahaman dari ucapan beliau berbunyi: Janda lebih berhak terhadap dirinya daripada walinya?. Jadi bagaimana, padahal bunyi hadist ini dengan jelas menyatakan bahwa pengertian yang dipahami oleh orang yang berpendapat : Ia boleh dinikahkan tanpa pilhannya, bukanlah yang dimaksud ? Karena setelah itu Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam berkata: Perawan harus dimintai izin tentang dirinya. Bahkan ucapan ini merupakan bentuk prokteksi dari Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam dari tindakan menghbungkan ucapannya dengan pemahaman tadi.

10. Mahar seorang wanita

Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam ditanya tentang mahar seorang wanita. Beliau menjawab; (Yaitu) apa yang disepakati oleh keluarga mereka. (diriwayatkan oleh DaruQuthni). Kemudian masih riwayat DaruQuthni dalam sebuah hadist marfu'' disebutkan : Nikahkanlah anak-anak yatim. Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah Shalallahu ''alaihi wasallam apakah pertalian di antara mereka ? Beliau menjawab: Yang diterima oleh masing-masing keluarga sekalipun sepotong kayu arok (kayu siwak).


Disadur dari Fatawa Rasulullah pengarang Ibn Qoyyim Al jauziyah penerjemah saifuddin Zuhri. Pustaka Azzam. Jakarta. 2000

Sabtu, 07 November 2009

MEMBEKALI AKAL DENGAN ‘ILMU YANG BENAR II

Tawassul ghairu syar’I (yang tidak syar'i)
1. Meminta do'a orang mati. Itu tidak boleh. Karena mayat itu tidak dapat berdo'a seperti dulu ketika ia masih hidup. Dan tidak boleh meminta syafa'at kepada orang mati. Karena Umar bin Khathab dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan dan orang-orang yang menemui zaman keduanya yaitu para sahabat dan tabi'in yang baik-baik, ketika mereka mengalami kekeringan, mereka meminta do'a untuk minta hujan, bertawassull, dan minta didoakan untuk dilepaskan dari penderitaan kepada orang yang masih hidup seperti Al-Abbas dan Yazid bin Al-Aswad. Mereka tidak bertawassul, minta syafa'at, dan minta dido'akan agar terlepas dari penderitaan kepada Nabi ` yang telah wafat, tidak di sisi kuburnya dan tidak di sisi lainnya. Tetapi estafet kepada yang masih hidup seperti Al-Abbas dan Yazid. Dan Umar berkata: "Ya Allah, kami dulu bertawassul dengan NabiMu (dalam memohon) kepadaMu, maka Kamu turunkan hujan kepada kami, dan kami sekarang bertawassul dengan paman nabiMu (yang masih hidup) maka turunkanlah hujan kepada kami."
Jadi mereka bertawassul dengan yang masih hidup sebagai pengganti yang telah wafat karena bertawassul dengan yang sudah wafat menurut syari'at yang mereka amalkan tidak dibolehkan.
2. Tawassul dengan jaahin Nabi (pangkat Nabi) dan pangkat orang lain tetap tidak boleh.
Adapun hadits yang berbunyi: "Apabila kamu meminta pada Allah maka mintalah dengan perantaraan pangkatku (Nabi), karena pangkatku itu di sisi Allah adalah besar." Ini adalah hadits bohong. Tidak ada sama sekali kitab orang muslim yang bersandar padanya, dan tak seorang ahli ilmu pun yang menyebutkan hadits ini (Majmu' Al-Fatawa 10/ 319). Selama tidak ada dalil yang sah dalam hal ini maka tetap tidak boleh, karena ibadah tidak boleh dilakukan kecuali dengan dalil yang shahih lagi jelas.
3. Tawassul dengan dzat makhluq, tetap tidak boleh.
(Seperti dalam syair: Ya Robbi bil Musthofaa balligh maqooshidanaa...)(Wahai Tuhanku, capaikanlah maksud tujuan kami -lantaran- Nabi pilihan -Muhammad-), tawassul seperti itu tidak boleh. Karena lafaz "bil" itu kalau untuk sumpah berarti bersumpah dengan makhluq atas Allah Ta'ala. Sedangkan kalau sumpah dengan makhluq itu atas makhluq pula maka tidak boleh juga karena hal itu merupakan syirik (menyekutukan Allah) seperti ditetapkan oleh Hadits. Lantas bagaimana pula bersumpah dengan makhluq atas Khaliq Jalla wa 'Ala?
Dan kalau lafazh "bil" itu untuk sababiyah (sebab) maka Allah subhanahu wataala tidak menjadikan permintaan dengan (perantaraan) makhluk itu sebagai sebab untuk diijabahinya (doa) dan tidak disyari'atkan untuk hambaNya.
4. Tawassul dengan hak makhluq pun tidak boleh, karena ada dua alasan:
Pertama, tidak ada hak manusia yang mewajibkan Allah. Hanya Allah-lah yang memberikan keutamaan atas makhluk, seperti dalam firmanNya, artinya: "Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (Ar-Ruum: 47).
Keadaan orang yang taat itu berhak mendapatkan balasan yaitu hak keutamaan dan keni'matan. Dan bukan hak saling membalas seperti hak makhluk atas sesama makhluk.

Kedua, hak yang Allah berikan keutamaan padanya atas hambaNya adalah hak khusus untuk hamba itu sendiri, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Maka apabila orang lain yang tidak berhak lalu bertawassul pada orang yang berhak maka berarti bertawassul dengan perkara yang tidak ada hubungannya, dan ini tidak memberi faedah sedikitpun.
Adapun hadits yang ada perkataan: as-aluka bihaqqis saailin (aku memohon padaMu dengan hak orang-orang yang memohon) itu hadits yang tidak shahih (lam yatsbut) karena sanadnya ada 'Athiyah Al-Aufiy yang ia itu kompleks kedha'ifannya seperti dikatakan oleh sebagian Muhadditsin. Demikian pula hal itu tidak diperlukan untuk menjadi alasan dalam masalah aqidah yang penting ini. (At-Tauhid, hal. 56-58).

Demikianlah contoh membekali akal dengan ilmu yang bermanfaat, dalam hal ini tentang tawassul yang boleh dan yang tidak boleh.

Pentingnya ilmu yang bermanfaat
Ilmu itu menggantikan kedudukan kepemimpinan dan harta benda. Barangsiapa telah mendapatkan ilmu maka berarti telah mendapatkan segala sesuatu.
Di balik itu, buku-buku khurafat (kepercayaan yang batil) dan lawakan/banyolan (al-mujuun , termasuk di dalamnya hal-hal yang porno) itu akan membuyarkan akhlak, merusak pemikiran dan hati. Hal itu akan mendorongnya untuk mengikuti ahli keburukan, dan itu sebenarnya adalah berfungsi sebagai perusak iman dan hati, sebagaimana api membakar rumput kering. Demikian menurut Syeikh Abdur Rahman bin nashir As-Sa'di (1308-1376H) dalam kitabnya Intisharul Haq, Maktabah Adhwaa' Assalaf, Riyadh, cetakan I, 1998M/1419H, hal. 33-34). (Hartono/Al-Sofwah).

MEMBEKALI AKAL DENGAN ‘ILMU YANG BENAR I

MEMBEKALI AKAL DENGAN ‘ILMU YANG BENAR

ALLAH Shubhanahu wata'ala berfirman, artinya: " Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni Neraka yang menyala-nyala." (Al-Mulk: 10).
Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat itu, mereka berkata: Seandainya dulu kami (di dunia) menggunakan akal yang kami miliki atau mendengarkan kebenaran (al-haq) yang Allah turunkan pasti kami tidak menjadi orang kafir kepada Allah dan tertipu. Tetapi kami tak ambil peduli terhadap apa-apa yang dibawa oleh Rasul, dan kami tidak punya pikiran yang menunjuki kami untuk mengikuti Rasul.
Kesalahan itu bisa menimpa siapa saja, baik yang akalnya bodoh, sedang, maupun cerdas. Karena cerdas dan tidaknya akal seseorang itu tidak menentukan benarnya pemikiran. Sedang cerdas dan tidaknya akal seseorang itu berkaitan dengan beberapa hal.

AKAL ITU ADA DUA MACAM, yaitu :
1. Akal naluri (gharizi): Yaitu yang diberikan Allah subhanahu wataala kepada manusia berupa quwwatudz dzihn, kekuatan memahami dan merasakan perkara-perkara agama dan dunia.
2. Akal yang diperoleh dari upaya/diasah (muktasab).
Ketika akal yang diperoleh dari usaha ini tergabung dalam akal naluriah maka menjadikan keteguhan dan kejelian si pemilik akal itu.
Akal naluri tumbuh dengan tumbuhnya manusia hingga ia mencapai kedewasaannya.
Demikian pula akal yang diperoleh dari upaya itu ada dua jalan untuk pertumbuhannya:
a. Melalui berkumpul dengan para ulama dan menyerap dari pemikiran dan pengalaman mereka.
Kadang-kadang dengan mencontohnya, dan kadang dengan musyawarah dan berdiskusi dengan mereka (ulama). Betapa banyak orang yang meningkat maju sampai ke tingkat sukses karena melakukan pengasahan otak lewat jalan ini. Oleh karena itu seseorang yang menutup diri dari manusia akan kehilangan kebaikan dan manfaat yang banyak.
b. Lewat kesibukan dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Dengan menyibukkan diri pada ilmu yang bermanfaat itu maka akan mendapatkan faedah dalam setiap hal berupa pendapat yang baru dan akal yang benar.
Ilmu akan mengenalkan Anda pada Allah, dan bagaimana caranya ke arah itu. Ilmu akan mengenalkan Anda tentang bagaimana ber-tawassul (berperantara untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaatiNya dan mengikuti keridhaanNya) dengan hal-hal yang dibolehkan hingga Anda bisa menjadikan sarana itu sebagai ibadah untuk mendekatkan dirimu kepada Allah.

Contoh menumbuhkan akal dengan ilmu yang manfaat
Akal muktasab (yang diperoleh dengan upaya) itu ditumbuhkan dengan menggeluti ilmu-ilmu yang bermanfaat. Bisa dicontohkan, masalah tawassul adalah masalah agama yang mesti pakai landasan dalil. Namun penggunaan dalil itu sendiri ada yang dalilnya lemah, dan ada yang kuat. Dengan merujuk pada pemahaman salafus shalih (tiga generasi pertama, yaitu; shahabat, tabi'ien, dan tabi'it tabi'ien) maka akal bisa memilah, mana yang rajih (kuat) dan mana yang marjuh (lemah) alias tidak boleh dipakai. Berikut ini keterangannya:

TAWASSUL ITU ADA DUA MACAM, yaitu :
masyru' (disyari'atkan) dan ghairu masyru' (tidak disyari'atkan/tidak boleh).
Tawassul masyru' (disyari’akan) itu ada beberapa macam:
1. Dengan Asma' dan sifat Allah.
Allah subhanahu wataala berfirman, artinya: "Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaaul husna itu." (Al-A'raf: 180).
2. Dengan iman dan amal shalih.
Allah berfirman, artinya: "Ya Tuhan kami, sesung-guhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (Ali Imran: 193).
Dan seperti dalam Hadits Muttafaq 'alaih yang isinya, ada 3 orang yang terperangkap karena ada batu besar yang menutup mulut gua hingga mereka tak dapat keluar. Maka mereka bertawassul dengan amal shalihnya untuk mendekatkan diri pada Allah (dengan do'a serta menyebut amal shalihnya) lalu Allah membukakan (pintu gua itu) untuk mereka, lalu mereka bisa keluar dari gua.
3. Tawassul dengan mentauhidkan Allah seperti tawassulnya Nabi Yunus .
Allah subhanahu wataala berfirman, artinya: "Maka ia (Yunus ) menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak sesembahan yang haq selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zhalim." Maka Kami telah memperkenankan do'anya dan menyelamatkannya daripada kedukaan." (Al-Anbiya': 87).
4. Tawassul dengan menampakkan kelemahan, kebutuhan, kehajatan kepada Allah seperti perkataan Nabi Ayyub Alahisalam.
Allah subhanahu wataala berfirman, artinya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Al-Anbiya': 83).
5. Tawassul dengan do'a orang-orang shalih yang masih hidup. Seperti yang dilakukan shahabat-shahabat ketika mereka tertimpa kekeringan. Mereka meminta Nabi Shallallahu alai wassallam agar mendo'akan kepada Allah untuk mereka. Dan setelah Nabi Shallallahu alai wassallam wafat mereka kemudian minta kepada paman Nabi yaitu Al Abbas Radiallahu anhu lalu ia mendo'akan mereka. (Hadits Riwayat Al-Bukhari).
6. Tawassul dengan mengakui dosa.
Allah subhanahu wataala berfirman, artinya: "Musa mendo'a: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku", maka Allah mengampuninya." (Al-Qashash: 16).

Bersambung.....MEMBEKALI AKAL DENGAN ‘ILMU YANG BENAR II


 

TEMPLATES AND HACKS

Blog Kita Bersama Copyright © 2009 REDHAT Dashboard Designed by SAER