Minggu, 01 November 2009
BICARA TANPA ‘ILMU
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya:
“Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang-nya, sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati semuanya itu akan di tanya” (QS Al-Isra’: 36).
Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Barang siapa berbicara tentang al Qur’an dengan akalnya atau tidak dengan ilmu, maka hendaklah ia menyiapkan tempatnya di neraka” (Hadist seperti ini ada dari 2 jalan, yaitu Ibnu Abas dan Jundub. Lihat Tafsir Qur’an yang diberi mukaddimah oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauth hal. 6, Tafsir Ibnu Katsir dalam Mukaddimah hal. 13, Jami’ As-Shahih Sunan Tirmidzi jilid 5 hal.183 no. 2950 dan Tuhfatul Ahwadzi jilid 8 hal. 277).
“Barang siapa mengamalkan sesuatu amal yang tidak ada perintah kami atasnya, maka amalnya itu tertolak.” (Shahih Muslim, Syarah Arba’in An-Nawawi hal. 21 Pembatalan Kemungkaran dan Bid’ah).
Dari Salamah bin Akwa berkata, Aku telah mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka.” (HR Al-Bukhari I/35 dan lainya).
“Cukup bohong seseorang manakala dia membicarakan setiap apa yang dia dengar.” (HR. Muslim dalam muqaddimah shahihnya).
Nasihat Salafus Shalih.
Abu Darda berkata: “Kamu tidak akan menjadi orang yang bertaqwa sehingga kamu berilmu, dan kamu tidak menjadi orang yang berilmu secara baik sehingga kamu mau beramal.” (Adab dalam majelis-Muhammad Abdullah Al-Khatib). Beliau juga berkata : “Orang-orang yang menganggap pergi dan pulang menuntut ilmu bukan termasuk jihad, berarti akal dan pikiranya telah berkurang.”
Imam Hasan Al Basri mengatakan: Tafsir Surat-Baqarah ayat 201; “Ya Tuhan, berikanlah kami kebaikan di dunia (ilmu dan ibadah) dan kebaikan di akhirat (Surga).”
Imam Syafi’i berkata : “Barang siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka hendaklah dengan ilmu.” (Al-Majmu’, Imam An-Nawawi).
Imam Malik berkata : “Ilmu itu tidak diambil dari empat golongan, tetapi diambil dari selainnya. Tidak diambil dari orang bodoh, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, yang mengajak berbuat bid’ah dan pendusta sekalipun tidak sampai tertuduh mendustakan hadits-hadits Rasulullah, juga tidak diambil dari orang yang dihormati, orang saleh, dan ahli ibadah yang mereka itu tidak memahami permasalahanya.”
Imam Muhammad Ibnu Sirin berkata: “Sesungguhnya ilmu itu dien, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil dienmu. Para ulama salaf memahami betul bahwa sebab-sebab terjadinya penyimpangan di kalangan orang-orang yang sesat pada asalnya karena kekeliruan tashawur (pandangan/wawasan) mereka tentang batasan ilmu.” (Lihat Al-Ilmu Ushulu wa Mashadiruhu wa Manahijuhu Muhammad bin Abdullah Al-Khur’an, cet. I 1412 H, Dar Al-Wathan lin Nasyr, Riyadh, hal. 7).
Orang-Orang salaf berkata : “Waspadalah terhadap cobaan orang berilmu yang buruk (ibadahnya) dan ahli ibadah yang bodoh.” (Al-wala’wal bara’ hal. 230)
Imam Asy-Syafi’i memberi nasihat kepada murid-muridnya : “Siapa yang mengambil fiqih dari kitab saja, maka ia menghilangkan banyak hukum.” (Tadzkiratus sami’ wal mutakallim, Al-Kannani, hal.87, Efisiensi Waktu Konsep Islam. Jasmin M. Badr Al-Muthawi, hal 44).
Abdullah bin Al-Mu’tamir berkata: “Jika engkau ingin mengerti kesalahan gurumu, maka duduklah engkau untuk belajar kepada orang lain.” (riwayat Ad-Darimi dalam Sunannya I/153).
Riwayat Ibnu Wahab yang diterima dari Sofyan mengatakan: “Tidak akan tegak ilmu itu kecuali dengan perbuatan, juga ilmu dan perbuatan tidak akan ada artinya kecuali dengan niat yang baik. Juga ilmu, perbuatan dan niat yang baik tidak akan ada artinya kecuali bila sesuai dengan sunnah-sunnah.” (Syeikh Abu Ishaq As-Syatibi, Menuju jalan Lurus).
Ibrahim Al-Hamadhi berkata: “Tidaklah dikatakan seorang itu berilmu, sekalipun orang itu banyak ilmunya. Adapun yang dikatakan Allah orang itu berilmu adalah orang-orang yang mengikuti ilmu dan mengamalkanya, dan menetap dalam perkara As-Sunnah, sekalipun jumlah ilmu-ilmu dari orang-orang tersebut hanya sedikit.” (Syeikh Abu Ishaq As–Syatibi, Menuju jalan Lurus).
Keutamaan pencari ilmu dan yang mengatakan seseorang itu ahli ilmu
Rasulullah Shallallahu ''alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mencari satu jalan menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Allah Subhanahu Wa Ta''ala berfirman,artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semaunya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali.” (At-Taubah: 122).
Imam Muslim mengatakan kepada Imam Bukhari: “Demi Allah tidak ada di dunia ini yang lebih pandai tentang ilmu hadist dari engkau.” (Tarikh Bukhari, dalam Mukadimah Fathul Bari).
Imam Syafi’i berkomentar tentang Imam Ahmad: “Saya pergi dari kota Baghdad dan tidak saya tinggalkan di sana orang yang paling alim dalam bidang fiqih, yang paling wara’ dalam agamanya dan paling berilmu selain Imam Ahmad.” (Thobaqatus Syafi’I, As-Subki / Efisiensi Waktu Konsep Islam, Jasim m. Badr Al-Muthawi, hal.91)
Orang yang menuntut ilmu bukan kepada ahlinya
Dari Abdullah bin Ash ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ''alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu di kalangan umat manusia setelah dianugerahkan kepada mereka, tetapi Allah mencabut ilmu tersebut di kalangan umat manusia dengan dimatikannya para ulama, sehingga ketika tidak tersisa orang alimpun, maka manusia menjadikan orang-orang bodoh menjadi pimpinan. Mereka dimintai fatwanya, lalu orang-orang bodoh tersebut berfatwa tanpa ilmu.“
Dalam riwayat lain: “dengan ra’yu/akal. Maka sungguh perbuatan tersebut adalah sesat dan menyesatkan.“ (HR.Al-Bukhari I/34).
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saatnya (kebinasaannya).” (Shahih Bukhari bab Ilmu).
“Sesungguhnya termasuk tanda-tanda kiamat adalah dicarinya ilmu dari orang rendahan.” (lihatkitab Silsilah Hadist Shahih no. 695).
“Ya Allah aku mohon perlindungan-Mu agar aku dijauhkan dari ilmu yang tidak berguna (ilmu yang tidak aku amalkan, tidak aku ajarkan dan tidak pula merubah akhlakku), dan dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah puas dan do’a yang tidak terkabulkan.” ( HR. Ahmad, Ibnu Hiban dan Al-Hakim)
“Ya Allah berikanlah kepadaku manfaat dari ilmu yang Engkau anugerahkan kepadaku , dan berilah aku ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah kepadaku ilmu” (Jami’ Ash-Shahih, Imam Tirmidzi no. 3599 Juz V hal. 54)
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang bermanfaat dan amal yang diterima” (Hisnul Muslim, hal. 44 no. 73).
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedangkan kamu mengetahuinya.” (Al-Baqarah: 42).
“Wahai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208).
Diantara buku dalam masalah ilmu :
- Tiga puluh satu nasihat untuk anda para penuntu ilmu-Faihan bin Sulaiman Al-Gharbi
- Muslim memilih ilmu – Abu Bakar Al-Jazairi
- Hilyatuthalibil’ilmi - Bakr bin Abdullah Abu Zaid
Wallahu a’lam bish shawab
“Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang-nya, sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati semuanya itu akan di tanya” (QS Al-Isra’: 36).
Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : “Barang siapa berbicara tentang al Qur’an dengan akalnya atau tidak dengan ilmu, maka hendaklah ia menyiapkan tempatnya di neraka” (Hadist seperti ini ada dari 2 jalan, yaitu Ibnu Abas dan Jundub. Lihat Tafsir Qur’an yang diberi mukaddimah oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Arnauth hal. 6, Tafsir Ibnu Katsir dalam Mukaddimah hal. 13, Jami’ As-Shahih Sunan Tirmidzi jilid 5 hal.183 no. 2950 dan Tuhfatul Ahwadzi jilid 8 hal. 277).
“Barang siapa mengamalkan sesuatu amal yang tidak ada perintah kami atasnya, maka amalnya itu tertolak.” (Shahih Muslim, Syarah Arba’in An-Nawawi hal. 21 Pembatalan Kemungkaran dan Bid’ah).
Dari Salamah bin Akwa berkata, Aku telah mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa yang tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka.” (HR Al-Bukhari I/35 dan lainya).
“Cukup bohong seseorang manakala dia membicarakan setiap apa yang dia dengar.” (HR. Muslim dalam muqaddimah shahihnya).
Nasihat Salafus Shalih.
Abu Darda berkata: “Kamu tidak akan menjadi orang yang bertaqwa sehingga kamu berilmu, dan kamu tidak menjadi orang yang berilmu secara baik sehingga kamu mau beramal.” (Adab dalam majelis-Muhammad Abdullah Al-Khatib). Beliau juga berkata : “Orang-orang yang menganggap pergi dan pulang menuntut ilmu bukan termasuk jihad, berarti akal dan pikiranya telah berkurang.”
Imam Hasan Al Basri mengatakan: Tafsir Surat-Baqarah ayat 201; “Ya Tuhan, berikanlah kami kebaikan di dunia (ilmu dan ibadah) dan kebaikan di akhirat (Surga).”
Imam Syafi’i berkata : “Barang siapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka hendaklah dengan ilmu.” (Al-Majmu’, Imam An-Nawawi).
Imam Malik berkata : “Ilmu itu tidak diambil dari empat golongan, tetapi diambil dari selainnya. Tidak diambil dari orang bodoh, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, yang mengajak berbuat bid’ah dan pendusta sekalipun tidak sampai tertuduh mendustakan hadits-hadits Rasulullah, juga tidak diambil dari orang yang dihormati, orang saleh, dan ahli ibadah yang mereka itu tidak memahami permasalahanya.”
Imam Muhammad Ibnu Sirin berkata: “Sesungguhnya ilmu itu dien, maka lihatlah dari siapa kamu mengambil dienmu. Para ulama salaf memahami betul bahwa sebab-sebab terjadinya penyimpangan di kalangan orang-orang yang sesat pada asalnya karena kekeliruan tashawur (pandangan/wawasan) mereka tentang batasan ilmu.” (Lihat Al-Ilmu Ushulu wa Mashadiruhu wa Manahijuhu Muhammad bin Abdullah Al-Khur’an, cet. I 1412 H, Dar Al-Wathan lin Nasyr, Riyadh, hal. 7).
Orang-Orang salaf berkata : “Waspadalah terhadap cobaan orang berilmu yang buruk (ibadahnya) dan ahli ibadah yang bodoh.” (Al-wala’wal bara’ hal. 230)
Imam Asy-Syafi’i memberi nasihat kepada murid-muridnya : “Siapa yang mengambil fiqih dari kitab saja, maka ia menghilangkan banyak hukum.” (Tadzkiratus sami’ wal mutakallim, Al-Kannani, hal.87, Efisiensi Waktu Konsep Islam. Jasmin M. Badr Al-Muthawi, hal 44).
Abdullah bin Al-Mu’tamir berkata: “Jika engkau ingin mengerti kesalahan gurumu, maka duduklah engkau untuk belajar kepada orang lain.” (riwayat Ad-Darimi dalam Sunannya I/153).
Riwayat Ibnu Wahab yang diterima dari Sofyan mengatakan: “Tidak akan tegak ilmu itu kecuali dengan perbuatan, juga ilmu dan perbuatan tidak akan ada artinya kecuali dengan niat yang baik. Juga ilmu, perbuatan dan niat yang baik tidak akan ada artinya kecuali bila sesuai dengan sunnah-sunnah.” (Syeikh Abu Ishaq As-Syatibi, Menuju jalan Lurus).
Ibrahim Al-Hamadhi berkata: “Tidaklah dikatakan seorang itu berilmu, sekalipun orang itu banyak ilmunya. Adapun yang dikatakan Allah orang itu berilmu adalah orang-orang yang mengikuti ilmu dan mengamalkanya, dan menetap dalam perkara As-Sunnah, sekalipun jumlah ilmu-ilmu dari orang-orang tersebut hanya sedikit.” (Syeikh Abu Ishaq As–Syatibi, Menuju jalan Lurus).
Keutamaan pencari ilmu dan yang mengatakan seseorang itu ahli ilmu
Rasulullah Shallallahu ''alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mencari satu jalan menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Allah Subhanahu Wa Ta''ala berfirman,artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semaunya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali.” (At-Taubah: 122).
Imam Muslim mengatakan kepada Imam Bukhari: “Demi Allah tidak ada di dunia ini yang lebih pandai tentang ilmu hadist dari engkau.” (Tarikh Bukhari, dalam Mukadimah Fathul Bari).
Imam Syafi’i berkomentar tentang Imam Ahmad: “Saya pergi dari kota Baghdad dan tidak saya tinggalkan di sana orang yang paling alim dalam bidang fiqih, yang paling wara’ dalam agamanya dan paling berilmu selain Imam Ahmad.” (Thobaqatus Syafi’I, As-Subki / Efisiensi Waktu Konsep Islam, Jasim m. Badr Al-Muthawi, hal.91)
Orang yang menuntut ilmu bukan kepada ahlinya
Dari Abdullah bin Ash ia berkata, aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ''alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu di kalangan umat manusia setelah dianugerahkan kepada mereka, tetapi Allah mencabut ilmu tersebut di kalangan umat manusia dengan dimatikannya para ulama, sehingga ketika tidak tersisa orang alimpun, maka manusia menjadikan orang-orang bodoh menjadi pimpinan. Mereka dimintai fatwanya, lalu orang-orang bodoh tersebut berfatwa tanpa ilmu.“
Dalam riwayat lain: “dengan ra’yu/akal. Maka sungguh perbuatan tersebut adalah sesat dan menyesatkan.“ (HR.Al-Bukhari I/34).
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saatnya (kebinasaannya).” (Shahih Bukhari bab Ilmu).
“Sesungguhnya termasuk tanda-tanda kiamat adalah dicarinya ilmu dari orang rendahan.” (lihatkitab Silsilah Hadist Shahih no. 695).
“Ya Allah aku mohon perlindungan-Mu agar aku dijauhkan dari ilmu yang tidak berguna (ilmu yang tidak aku amalkan, tidak aku ajarkan dan tidak pula merubah akhlakku), dan dari hati yang tidak khusyu’, dari nafsu yang tidak pernah puas dan do’a yang tidak terkabulkan.” ( HR. Ahmad, Ibnu Hiban dan Al-Hakim)
“Ya Allah berikanlah kepadaku manfaat dari ilmu yang Engkau anugerahkan kepadaku , dan berilah aku ilmu yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah kepadaku ilmu” (Jami’ Ash-Shahih, Imam Tirmidzi no. 3599 Juz V hal. 54)
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang bermanfaat dan amal yang diterima” (Hisnul Muslim, hal. 44 no. 73).
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedangkan kamu mengetahuinya.” (Al-Baqarah: 42).
“Wahai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah: 208).
Diantara buku dalam masalah ilmu :
- Tiga puluh satu nasihat untuk anda para penuntu ilmu-Faihan bin Sulaiman Al-Gharbi
- Muslim memilih ilmu – Abu Bakar Al-Jazairi
- Hilyatuthalibil’ilmi - Bakr bin Abdullah Abu Zaid
Wallahu a’lam bish shawab
0 komentar: